Egoism-Communism

Buang kesucian dan kebijaksanaan, maka orang akan seratus kali lebih bahagia. Buang moralitas dan keadilan, maka orang akan melakukan hal yang benar. Buang industri dan keuntungan, maka tidak akan ada pencuri. “- Tao te Ching, Bab 19.

Sepanjang karir saya, saya telah menjadi binatang buas yang aneh, antara cukup jauh dan dekat untuk mengetahui apa yang harus saya lakukan: para pecinta Gonzo menyukai prosa saya namun bingung dengan tawaran kiri di persimpangannya dan referensi tanpa akhir akan Stirner; Para anarkis dan Insureksioner menyukai teori saya namun bingung dengan pelacakan saya atas kemanusiaan dalam jiwa dan identifikasi saya sebagai seorang jurnalis; Orang-orang Okultisme mengagumi kecenderungan buram saya namun tampaknya bingung dengan tingkat konsumsi politis saya yang mendekati kecanduan terkait dengan keinginan nihilistik untuk menghancurkan masyarakat.

Menjadi semacam ahli sihir seperti apakah saya jika dapat dijelaskan secara mudah, sekurang-kurangnya tentang kecenderungan politik saya? Meski begitu, sama meyakinnya tentang kebakaran musiman yang akan menimpa banyak kota di Florida. Pada musim panas ini, kebutuhan untuk menjelaskan diri akan muncul.

Dari surel yang saya baru terima:

“Saya juga seorang Egois, saya juga mengidentifikasi sebagai Paska-Kiri. Saya akan mengatakan bahwa bagian dari meninggalkan “Kiri” juga meninggalkan komunisme. Saya setuju dengan kritik Wolfi Landstreicher tentang hal itu.

Saya melihat komunisme sebagai program politik ideologis yang menghantui (fana/spooks). Anda memiliki karya seperti “Hak untuk Rakus” dan “Hak untuk Malas” tapi saya secara pribadi merasa, mencoba menggabungkan sentimen anti-kerja dengan sebuah gagasan yang pada intinya sebuah cara produksi ekonomi adalah cukup aneh. Dan ketika kebanyakan orang memikirkan komunisme, mereka tidak berpikir tentang hal itu sebagaimana cara orang-orang “Hak untuk Rakus”, kebanyakan orang akan mengaitkan cita-cita “fana” yang besar akan komunisme seperti huruf besar A dan K dari “Adil dan Kemanusiaan.” Pengorbanan demi kebaikan semua! …

Bagaimana pendapat anda?

Saya menemukannya menarik bahwa Anda menganggap diri Anda sebagai seorang egois-komunis namun bukan sebagai anarkis secara khusus. Hanya merasa aneh karena anda langsung menuju pada label komunis tapi sungguh saya tidak bisa menemukan di seputar anda di mana anda secara eksplisit menyatakan seperti saya sebagai seorang anarkis.”

Di sela upaya mencoba bermeditasi dan Qigong untuk menyembuhkan hati saya yang rusak, saya menulis sebuah respon yang saya pikir cukup kuat untuk dapat menjadi sebuah artikel dan bersama dengannya mungkin ada definisi dari sebuah politik yang beberapa orang pernah mendengarnya.

Pertama adalah saya seorang Egoist, dan menyebut diri saya sendiri sebelumnya sebagai seorang Anarkis. Bagi saya Egoisme melampaui Anarkisme, anggap sebagai sebuah posisi berdiri dan melangkahlah lebih jauh: Tiada tingkatan berada di atas saya, namun mungkin saja ia dapat mendandani dirinya sendiri. Ini termasuk Negara pastinya, akan tapi juga konsep Hukum; Ini termasuk Kapitalisme, tetapi juga termasuk melobi gagasan tentang benar dan salah secara normal lalu melawannya sebagai kritik. Semua hal bahkan bukan apa-apa bagi saya, semua relasi hadir atas sabda saya. Masyarakat tak lebih dari sekadar ide besar, permainan kepura-puraan yang dianggap terlalu serius dan saya tiada bermaksud menjalani hidup saya di planet ini dengan berhutangbudi kepadanya.

Para dukun dan penyihir biasanya tinggal di wilayah ini, selamanya berada di luar peraturan dan adat istiadat dari bangunan dunia. Ambillah jamur dengan takaran yang gagah, aduk pada minyak ilmu hitam lalu habiskan malam di pemakaman lokal sekitar tempat anda berada dan anda akan mengerti: Mengapa. Keberadaan ini hanyalah satu di antara banyak, dan pada saatnya anda mempelajari bahwa sebagian besar politik manusia pada akhirnya terlihat seperti sebuah lelucon yang kejam.

Saya terpenjara. Begitu juga anda. Saya tidak bermaksud untuk membuat penjara kita sebagai “tempat yang lebih baik” tapi menganjurkan seluruh kehancurannya. Saya sama sekali tidak berniat membuat pecutan di punggung saya sebagai “pecutan orang-orang” atau menaruhnya
di tangan yang baru. Saya melakukannya tanpa keyakinan religius bahwa dunia saya sendiri yang terbakar adalah hal yang pasti di cakrawala. Saya bertarung, saya membenci, saya meludahi racun di dunia yang berusaha menghancurkan saya karena memang itulah saya. Cara sistem ini merugikan orang lain hanya akan memicu kemarahan saya, rasa malu karena perbudakan yang vulgar mengelilingi mereka, memenuhi saya dengan kemarahan yang berbudi. Saya mengikuti diri saya, kecenderungan saya sendiri; lagu saya sendiri yang hanya bisa dinyanyikan oleh saya.

Lalu kenapa dengan bit komunisnya?

Sebagaimana Novatore mengatakan “Karena kami – serebralis kekerasan dan sentimentalis bergairah pada saat yang bersamaan – mengerti dan mengetahui bahwa revolusi adalah kebutuhan akan kesedihan tersembunyi yang menderita di dasar serta kebutuhan akan jiwa bebas yang menderita di ketinggian.” Saya tidak bisa bebas selama saya dimiliki oleh kapital dan saya tidak dapat benar-benar menikmati diri saya sementara jeritan dari mereka yang diperbudak berdenging di telinga saya. Saya ingin kebebasan untuk saya dan untuk Anda, agar kita bisa menikmatinya bersama. Ketika saya berbicara tentang Komunisme, saya sedang berbicara tentang definisi aslinya: sebuah perasaan tanpa kelas, tanpa kewarganegaraan. Aturan ini di luar setiap masa “transisi”.

Jika pekerja tetap pekerja, berproduksi di perusahaan terpisah, bergantung pada hubungan mereka dengan tempat kerja tersebut untuk kebutuhannya, dan bertukar dengan perusahaan lain, lalu apakah pertukaran itu diatur sendiri oleh pekerja atau diberik arahan oleh pusat dari “negara pekerja” sangat sedikitnya berarti: muatan kapitalis tetaplah ada, dan cepat atau lambat peran atau fungsi yang berbeda dari kapitalis akan menegaskan kembali dirinya sendiri.

Segala jenis pasar berarti uang, namun kaum Kiri ingin berusaha untuk mendandaninya. Karena mudah untuk diukur, mata uang akan selalu menjadi satu-satunya ukuran nilai (seberapa yang anda lakukan hari ini, seberapa banyak hal ini layak) jadi semua hal akhirnya diukur dengan patokan ini: Apel bukan lagi berkah berharga dari kebun, menjadi dirinya sendiri, tapi sebuah komoditas; Anjing keluarga bukanlah sahabat anda, tapi “properti” sederhana dengan nilai moneter.

Dengan demikian kita memiliki dunia yang bukan dari individual tapi dari sumber daya manusia.

Stirner bahkan menunjukkan “Pencaplokan tanpa lelah, tidak membiarkan kita mengambil napas, bersenang-senang dengan tenang. Kita tidak memperoleh kenyamanan dari barang-barang kita… Oleh karena itu pada tingkat apapun yang perlu, kita telah mencapai kesepakatan tentang tenaga kerja manusia bahwa mereka tidaklah diperkenankan, karena berada di bawah persaingan, mengambil semua waktu dan kerja keras kita.”

Jadi, apakah yang seorang Egoist lakukan?

Kerjasama adalah kebutuhan dari eksistensi manusia tapi tidaklah perlu membagi kita ke dalam kelas-kelas. Kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan tanpa memusatkan perhatian pada jual beli. Semacam perkumpulan individu yang bekerja sama sehingga masing-masing dapat diuntungkan lebih mengikuti penjabaran Stirner
akan “pedang yang dengannya anda mempertajam dan meningkatkan kekuatan alami anda” daripada apapun
yang Soviet kerahkan, dan bahkan lebih mendekati konsep Nietzsche tentang “serikat pekerja”:

“Gagasan saya adalah bahwa setiap badan tertentu berusaha untuk menjadi tuan atas semua ruang dan memperluas kekuatannya (-keinginan akan kekuasaan) dan menusuk balik semua yang menahan pelebarannya.
Namun secara terus-menerus menemukan upaya yang serupa dari pihak lain dan diakhiri sampai pada sebuah kesepakatan (“perkumpulan”) dengan mereka yang cukup sesuai untuk itu: dengan demikian mereka kemudian bersekongkol untuk mendapatkan kekuasaan.”

Saya ingin berkonspirasi dengan orang lain untuk mendapatkan kekuasaan sehingga saya bebas mengejar hasrat saya, hasrat yang Stirner tunjukkan akan selalu terbengkalai saat Kapitalisme menguasai pada tempat tertinggi:

“Apa yang paling bermanfaat adalah terbuka pada pendapat. Dan sekarang, cukup meyakinkan, ternyata …
bahwa dalam persaingan, tidak semua orang menemukan keuntungannya, ‘keuntungan pribadi’ yang ia inginkan,
nilainya, minatnya yang sebenarnya.”

Ketika saya berbicara tentang Komunisme, saya tidak sedang berbicara tentang penyerahan properti kepada beberapa dari “kita” yang seram dan religius serta mendikte perilaku kita. Saya berbicara tentang tujuan komunisasi:
keberadaan tanpa pertukaran, uang, komoditas, dll. Saya sedang berbicara tentang kelas pekerja itu sendiri,
berhenti eksis sebagai kelas pekerja. Inilah komunisme yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat demi manfaatnya, sistem yang para bajak laut di jaman dahulu gunakan:

“Kapal bajak laut beroperasi dengan basis ‘Tak ada mangsa, tak ada bayaran’, tapi ketika sebuah kapal ditangkap
barang rampasannya dibagi dengan sistem saham. Sistem pembagian semacam ini biasa terjadi
dalam jasa pengiriman abad pertengahan, namun telah dihapuskan karena jasa pengiriman menjadi perusahaan kapitalis dengan para pelaut pekerja upahan. Kegiatan Ini masih berlangsung dalam privateering dan penangkapan ikan paus tapi
para perompak mengembangkannya menjadi bentuk yang paling egaliter – tidak ada saham untuk pemiliknya
atau investor atau pedagang, tidak ada pembedaan jenjang upah yang rumit
– Setiap orang mendapatkan bagian yang sama dari barang rampasan dan kapten biasanya hanyalah mendapat 1 atau 1 1/2
Bagian.”

Ini tak ada hubungannya dengan “kemanusiaan” atau apa yang benar. Saya hanya ingin apa yang menjadi milik saya. Inilah komunisme di mana kita bisa melihat ke luar cakrawala dan berkata “ini semua milikmu, dan juga milikku” sebuah Komunisme di mana kita bisa saling menjaga satu sama lain karena itu menyenangkan kita untuk melakukannya dan karena ini
memastikan kita juga harus diurus.

“Kerasnya hidup di laut membuat gotong royong menjadi sebuah taktik bertahan hidup yang sederhana. Pasal para bajak laut juga biasanya termasuk bentuk gotong royong di mana milisi yang cedera, tidak mampu
untuk berpartisipasi dalam pertempuran akan menerima bagian mereka sebagai pensiun. Para bajak laut menganggap
Solidaritas semacam ini sangat serius – setidaknya satu kru bajak laut mengkompensasi mereka
yang
terluka hanya untuk menemukan mereka tidak punya apa-apa lagi. Dari pasal Kru bajak laut Bartholomeow Roberts: “Jika … ada orang yang harus kehilangan anggota badannya, atau menjadi orang cacat dalam pelayanan mereka, dia harus memperoleh 800 Dollar, dari saham publik, dan untuk kesakitan yang lebih rendah, secara proporsional.” Dan dari para kru George Lowther : “Dia yang akan mengalami nasib sial
kehilangan anggota badannya, di masa baktinya, akan mendapat sejumlah seratus lima puluh
Poundsterling, dan tetap tinggal di Perusahaan selama dia merasa pantas.”

Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi semua kebutuhan kita, seluruh galaksi menunggu ujung jari kita,
Jadi mengapa keberadaan kita harus menguap menjadi jual-beli? Tidakkah itu membatasi keunikan kita?
Dapatkah Anda memberi makan keluarga Anda sendiri? Bisakah saya? Bisakah kita sendirinya menyediakan listrik ke rumah-rumah kita dan
memelihara sistem yang membuatnya terus berlangsung?

Jika kita tidak bisa, bukankah seharusnya kita bekerja sama? Jika kita masih tidak bisa, bukankah seharusnya kita menemukan orang lain? Dan ketika
kita menemukannya tidakkah mereka ingin memiliki properti sebanyak seperti yang kita punya? Kenapa tidak?
mendapatkan kesenangan individu dengan kehidupan masyarakat yang menggembirakan; mengapa bukan tanpa hukum dan dengan perkara keadilan sosial?
Saya mencari keseluruhan diri, bukan sebagian, dan untuk menemukannya saya butuh teman dan kaki tangan untuk menyelesaikan kerjaan dengannya. Apa yang seseorang kerjakan harus dimiliki oleh mereka, jelas dan sederhana, dan saya percaya
kita akan terkejut dengan betapa banyak hal dilakukan secara bersama bisa membebaskan waktu kita untuk kesenangan lainnya.

“Dalam masyarakat komunis, di mana tidak ada yang memiliki satu bidang aktivitas eksklusif namun masing-masing
bisa diselesaikan pada cabang manapun yang dia inginkan, masyarakat mengatur produksi umum dan dengan demikian memungkinkan saya untuk melakukan satu hal hari ini dan lainnya
esok hari, untuk berburu di pagi hari, ikan di sore hari, mengurus ternak di malam hari,
mengkritik setelah makan malam, sama seperti yang ada di pikiran saya, tanpa pernah menjadi seorang pemburu, nelayan,
gembala atau kritikus. “- Marx

Egois-Komunisme dapat dianggap sebagai Mutualisme Tanpa Pasar, sarang lebah dari mafia non-hierarkis yang ingin menjalani hidup semaksimal mungkin dan terbebas dari pembagian yang salah dari
ras, kebangsaan, kelas, atau jenis kelamin. Ini mempromosikan pembedaan, mencakup kekacauan, dan membawa gerombolan individu sebagai unit organisasinya serta bukan masyarakat manufaktur. Ini adalah penghapusan semua
yang membatasi sang Unik dan mencari jiwa-jiwa lainnya yang berpikiran sama untuk meningkatkan kekuatannya masing-masing.
Bagaimana anda melakukannya pada akhirnya akan terserah anda.

Jangan biarkan namanya menipu Anda, ini bukan ide baru yang radikal. Inilah yang dilakukan manusia di pesta-pesta, setelah bencana, sebelum pemakaman, dan di antara sela semenjak seluruh peristiwa sial dimulai. Alih-alih mencuri momen di antara “pekerjaan” dan apa pun lagi yang Techno-hellscape paksakan kepada kita, kita berkeinginan menjadikannya seluruh tugas kita.

Itulah Egois-Komunisme, praksis dan tujuannya: hidup dalam kejaran kehidupan, di mana kepuasan individu dan kenikmatan orang lain berputar tanpa henti tiada bentuk.

Dr. Bones

Egoist-Communism: What It Is and What It Isn’t

6/3/2017

Diambil pada 6/3/17 dari TheConjureHouse.com

theanarchistlibrary.org


Posted

in

by

Tags: