Gerakan Tunawisma dan Pendudukan di Italia, 1971 (sea.anarchistlibrary.org)

Tulisan ini adalah sejarah singkat tentang pendudukan perumahan kosong di Italia oleh

pekerja yang tidak memiliki tempat tinggal yang memadai. Aksi langsung dan
solidaritas mereka memaksa dewan kota untuk menampung ratusan orang.
Anonymous Pendudukan di Via Tibaldi, Milan, adalah langkah maju yang bagus bagi para penyewa kontrakan dan gerakan
tunawisma di Italia. Seluruh lingkungan terlibat di dalam pendudukan tersebut. Mulai dari pekerja di pabrik, pelajar
di sekolah, dan proyek perumahan mengambil bagian dalam pengorganisasian perjuangan. Pendudukan Via Tibaldi
dimenangkan karena semua orang yang terlibat sepenuhnya menyadari masalah ini: ada 70 keluarga, semua imigran
dari Italia Selatan, yang telah mendapatkan janji palsu untuk mendapatkan rumah seperti dijanjikan oleh Dewan.
Ketika terjadi konfrontasi, jelas siapa yang ada di pihak yang mana: keluarga tunawisma, pekerja, dan mahasiswa
melawan para bos, serikat pekerja, pejabat perumahan, dan polisi. Dalam enam hari yang penuh kekerasan,
orang-orang menduduki segalanya; rumah, jalan-jalan, balai kota, kantor polisi, dan gedung Fakultas Arsitektur
di Politeknik setempat. Ribuan polisi dikerahkan untuk mengusir mereka yang terlibat dalam pendudukan,
mengakibatkan seorang bayi berumur tujuh bulan tewas. Dalam satu hari ada dua upaya untuk mengusir semua
orang. Kekuatan-kekuatan represi menyerang dengan gas air mata, memukuli semua orang yang menghalangi jalan
mereka. Dua kali mereka dipukul mundur dan setelah upaya ketiga untuk menggusir mereka, para tunawisma
setuju untuk ditempatkan kembali sementara waktu oleh sebuah badan amal. Mundur adalah taktik. Walikota
dan gerombolannya dipaksa untuk menyerah. Rumah-rumah dialokasikan untuk keluarga yang telah melakukan
pendudukan dan 140 keluarga lain yang telah diusir dan “tinggal” di asrama yang menunggu untuk dihuni kembali
oleh tunawisma yang berjuang. Aliansi antara pekerja, mahasiswa, dan penyewa yang ditempa sebelum dan selama
“pengambilalihan Via Tibaldi” menunjukkan betapa kuatnya kelas pekerja ketika mereka berjuang bersama-sama.
Dengan adanya aliansi ini, kelas pekerja terus menyerang dan memenangkan kemenangan yang terkenal pada Juni
1971.
Pendudukan dimulai pada Selasa pagi. Para tunawisma itu hampir semuanya berasal dari bagian selatan Italia,
pekerja di Pirelli dan pabrik-pabrik kecil lainnya, pekerja bangunan, dan orang-orang yang menganggur. Beberapa
orang telah terlibat dalam perjuangan lain: sebelum pendudukan ini, keluarga-keluarga dari Crescenzago melakukan
mogok sewa terhadap kontrakan mereka. Gerakan pendudukan diperkuat oleh kedatangan dan kepergian pekerja
secara terus-menerus (kebanyakan dari OM, pabrik besar yang hanya berjarak 150 yard), mahasiswa, dan
masyarakat setempat yang mendukung aksi tersebut. Mereka menawarkan bantuan, membawa bahan-bahan yang
bermanfaat, dan bekerja bersama para tunawisma. Para pekerja bangunan yang dulu terlibat dalam membangun
blok apartemen yang diduduki oleh para tunawisma juga bersimpati. Perusahaan tempat mereka bekerja akan
segera tutup. Karena dua bulan organisasi yang mengarah ke pendudukan, seluruh orang di Milan tahu tentang
itu. Aldo Aniasi, Walikota Milan, dan pejabat IACP (Otoritas Bangunan Negara Italia) juga mengetahui hal itu.
Hampir di saat yang sama pemerintah mulai menyangkal untuk bertanggungjawab terhadap para tunawisma di kota
tersebut. Akhirnya barikade dibangun di jalanan, terutama oleh para perempuan dan anak-anak.
Rabu: Sebuah demonstrasi diselenggarakan di Porta Ticines, suatu tempat diselenggarakannya Festival Navigilo,
di mana Walikota Aniasi diharapkan akan hadir. Keluarga-keluarga ingin menghadapi walikota dan memberi tahu
dia bahwa mereka siap untuk resiko apa pun. Demonstrasi tersebut dipimpin dengan dibentangkannya spanduk
bertuliskan “Rumah Ini Dihuni”. Ada puluhan bendera merah. Para demonstran bergerak berteriak “Kami ingin
rumah SEKARANG”, “Rumah gratis untuk para pekerja!” dan “Panjang Umur Komunisme!” Ketika mereka
mencapai Porta Ticinese, mereka menemukan bahwa Walikota Aniasi telah pergi. Karena itu semua orang naik
ke mimbar dan menempatinya sebentar. Kemudian, dengan semakin banyak orang bergabung, mereka berangkat
kembali ke gedung apartemen.
Kamis: Keluarga-keluarga tunawisma memutuskan bahwa perjuangan mereka harus menjadi lebih militan.
Sekitar dua puluh orang pergi ke Istana Marino, ke sebuah pertemuan Dewan. Sekali lagi pemerintah menolak
untuk mendengarkan suara mereka. Sebuah kamar di Balai Kota ditempati mulai pukul 17:00 hingga tengah malam.
Ketika mereka kembali ke Via Tibaldi, ada pertemuan kepala keluarga yang memutuskan bahwa perjuangan harus
berlanjut bahkan walau berakhir pahit. Tidak ada yang memiliki pikiran untuk meninggalkan gedung. Orang-orang
Milan sangat menyadari perjuangan Via Tibaldi, dan keluarga baru terus berdatangan. Orang-orang yang telah
melakukan pendudukan dan memenangkan apartemen di jalan lain, Mac Mahon, datang untuk memberikan
dukungan mereka. Ada juga banyak diskusi tentang bentuk-bentuk baru perjuangan. Selama beberapa hari
berikutnya, sebuah demonstrasi besar diadakan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak berniat menyerah.
Jumat: Pejabat perumahan Catalano mendatangi para tunawisma untuk bernegosiasi, diutus oleh Balai Kota
dan IACP. Pejabat perumahan ini memiliki reputasi karena telah menjejalkan pekerja ke kota-kota kumuh setelah
2
menjanjikan mereka rumah. Catalano menginginkan daftar keluarga yang terlibat dalam pendudukan, yang ia
dapatkan, di samping sidang dadakan di Pengadilan Rakyat. Orang-orang memberitahunya apa yang mereka
pikirkan tentang dia, bahwa dia tidak lain adalah anteknya para bos, tikus dan pengeksploitasi. Kerumunan pekerja
mengelilinginya, berteriak: “Kami akan memiliki apartemen, dan kamu bisa mendapatkan barang untuk sewa!”
Dia benar-benar sombong ketika dia tiba; tetapi pada saat dia pergi beberapa jam kemudian, dia pucat dan gemetar.
Dan dia terpaksa memberi para penghuni liar komitmen yang kuat.
Sabtu: Mobilisasi berlanjut. Pada sore hari barikade lain dibangun di jalanan.
Minggu pagi: Dua ribu polisi datang untuk membersihkan Via Tibaldi. Balai Kota dan para bos memutuskan
bahwa mereka harus mengusir orang-orang ini, yang dalam enam hari perjuangan, telah menjadi titik rujukan dan
organisasi yang menjadi pusat bagi seluruh kelas pekerja di Milan. Para tunawisma tahu bahwa mereka memiliki hak
untuk membela apa yang telah mereka ambilalih dan apa yang menjadi hak mereka. Tetapi mereka ingin memastikan
bahwa mereka membangun kekuatan mereka dan menggunakannya pada waktu yang tepat. Pada hari Minggu
pagi itu mereka masih terlalu lemah. Setelah lama berdebat dengan polisi, para penghuni liar memutuskan untuk
meninggalkan gedung dan berpindah ke Fakultas Arsitektur di politeknik setempat, atas undangan para pelajar.
Minggu malam: 3.000 polisi tiba untuk mengusir semua orang dari Fakultas Arsitektur. Mereka berpikir bahwa
itu akan semudah seperti pagi hari sebelumnya, tetapi mereka salah besar. Sementara pasukan polisi mengambil
posisi mereka, pertemuan semua keluarga memutuskan bahwa kali ini mereka harus membela diri, bahwa mereka
cukup kuat untuk melakukannya, dan bahwa polisi harus membayar pengusiran mereka dari Via Tibaldi. Para
perempuan dan anak-anak berdiri di lantai paling atas, dengan semua pria di bawah di belakang gerbang, menghadap
pasukan anti huru hara. Pada jam 11 malam polisi menyerang dan mencoba mengusir mereka. Tapi kalah. Mereka
tidak menyangka akan mendapatkan reaksi yang keras dan sangat kuat dari orang-orang di dalam gedung, atau
serangan dari belakang oleh orang-orang yang tidak berhasil masuk ke dalam. Ketika mereka akhirnya berhasil
memaksa masuk ke dalam gedung, polisi tidak menemukan siapa pun di sana. Semua orang telah berhasil keluar
dan mulai berkumpul kembali di jalan-jalan, siap untuk melanjutkan pertarungan. Karena kehabisan gas air mata,
pasukan anti huru hara mundur, benar-benar kehilangan arah, dan diserang oleh para tunawisma. Polisi kehilangan
banyak jip yang dihancurkan oleh lemparan batu. Pertempuran itu berlangsung hingga pukul dua pagi.
Senin pagi: Seluruh keluarga tunawisma bertemu di kampus universitas. Mereka semua ada di sana; orang-orang
memutuskan untuk pergi bersama ke pertemuan para pelajar arsitektur. Di sini, pada sore hari, beberapa penghuni
liar ditunjuk untuk menjelaskan perjuangan di Via Tibaldi. Sebuah proposal dibuat dengan keyakinan bahwa ada
hubungan antara perjuangan pelajar dan para tunawisma. Atas dasar usulan ini, rapat memutuskan bahwa para
tunawisma harus menduduki Fakultas Arsitektur lagi pada hari itu. Adapun Dewan Fakultas, mereka memutuskan
untuk memulai seminar permanen tentang masalah perumahan dengan orang-orang dari Via Tibaldi yang dianggap
paling mengerti soal permasalahan tersebut.
Di Fakultas Arsitektur, seperti biasa, keputusan tentang bagaimana melanjutkan perjuangan dibuat semata-mata
oleh majelis keluarga, yang bertemu dua kali sehari. Dalam salah satu pertemuan ini, sebuah demonstrasi besar
disarankan untuk Sabtu berikutnya. Di sini mereka berharap akan membantu membawa pulang makna perjuangan
bagi mereka yang tidak terlibat secara langsung. Tujuan dari demonstrasi adalah untuk memobilisasi 30.000 orang!
Rabu: Pada pukul lima pagi, polisi mengepung seluruh kantor universitas dengan tiga lingkaran besar. Lalu
lintas menjadi macet total. Itu adalah kekuatan percobaan, menyebabkan 250 mahasiswa ditangkap ditambah
belasan dosen dan bahkan Dekan Fakultas! Keluarga-keluarga dibawa sekali lagi dengan mobil polisi. Beberapa
jam kemudian, sidang umum yang diadakan di Politeknik juga dibubarkan oleh polisi. Kepala Polisi Vittoria, Jaksa
Agung Republik De Peppo, dan Aniasi, Walikota Milan, mengira bahwa mereka akhirnya mengalahkan apa yang
semula tidak lebih dari beberapa lusin keluarga, tetapi apa yang telah menjadi simbol kelas pekerja Milan. Mereka
keliru!
Rabu malam: Semua keluarga makan di kantin ACLI (Kelompok Aksi Pekerja Katolik Italia), di mana mereka
telah diberi perlindungan. Sejak saat itu tidak ada yang bisa menghindari perjuangan di Via Tibaldi. Kelas penguasa
terperangkap dalam kontradiksi yang sangat besar dengan berusaha mendamaikan tuntutan yang datang dari segala
arah – dari PSI (Partai Sosialis Italia) dan anggota dewan lokal; dari Partai Komunis, dan ACLI; juga dari FIM (salah
satu serikat pekerja logam yang anggotanya sangat militan)… Beberapa pesan tuntutan juga datang dari Roma dan
yang lain dari pengusaha lokal. Bahaya terbesar adalah bahwa perjuangan akan menyebar.
3
Dan keluarga-keluarga itu melakukan segala daya mereka untuk mewujudkannya dengan mengorganisir
demonstrasi pada hari Sabtu, dengan pergi ke gerbang pabrik dengan plakat dan selebaran, dengan mengirimkan
delegasi ke kongres ACLI dan ke majelis umum gerakan mahasiswa, di mana mereka disambut dengan riuh. Dan
sebelum setiap tindakan diambil, majelis keluarga memutuskan apa yang harus dikatakan, garis apa yang harus
diambil, dan proposal apa yang harus diajukan.
Adapun Walikota Aniasi dan kawan-kawan, harus menyerah. Catalano, bocah kurir yang sama yang pergi dengan
sombong ke Via Tibaldi, sekarang bergegas ke ACLI dengan tawaran. “Terlalu kabur”, kata keluarga itu. “Katakata dan semua janjimu tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah perumahan sekarang. Kami ingin adanya
perjanjian tertulis dan ditandatangani oleh Walikota Aniasi dan Dewan.” Dua jam kemudian perjanjian itu sudah
ada di sana.
Sebelum 31 Juli, Dewan harus mengalokasikan 200 apartemen, tidak hanya untuk keluarga dari Via Tibaldi,
tetapi juga untuk 140 orang lain yang berada dalam situasi yang sama. Setiap keluarga menerima 100.000 lira
($ 1.665) sebagai kompensasi, ditambah 15.000 lira ($ 250) untuk setiap anggota keluarga. Tidak ada ketentuan
mengenai setoran tiga bulan seperti biasanya sebelum mereka pindah ke apartemen. Semua penggusuran dan
semua tunggakan sewa dibekukan oleh Dewan. Selama dua minggu perjuangan ini, tidak ada satu pun tunawisma
yang pernah membayangkan bahwa perjuangan buruh untuk mendapatkan perumahan akan berakhir di Via
Tibaldi, atau bahwa satu-satunya masalah adalah bagaimana mendapatkan rumah baru. Perjuangan ini hanyalah
permulaan. Selanjutnya banyak keluarga berusaha untuk membantu mengatur perjuangan melawan sewa kontrakan
dan menyebarkan informasi di sekitar pabrik lokal. Karena alasan inilah majelis keluarga dari Via Tibaldi menjadi
jangka panjang, melibatkan orang-orang dari setiap distrik di Milan.


Posted

in

by

Tags: